Seminar Internasional Zat Warna Alam

Seminar Internasional tentang teknologi proses, pembuatan dan pemanfaatan zat warna alam (ZWA) dari ekstrak tumbuh-tumbuhan telah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Oktober 2007 bertempat di Hotel Sahid Yogyakarta.

Seminar ini diprakarsai oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, dengan para pembicara yaitu Peneliti Zat Warna Alam dari Jepang (Miss. Sughemi), Peneliti Zat Warna Alam dari Taiwan, Chen Ching-Liin (diwakili oleh Bpk.Dwi Suheryanto), Praktisi Batik dengan ZWA (Bpk. Hendri Suprapto) dan Ibu Evi Yuliati Rufaida dari BBKB.

Berkaitan dengan isu global tentang "back to nature" yang sedang hangat di dunia internasional dan sejak dilarangnya pewarna dengan gugus azo pada April 1996 oleh pemerintah Belanda, seperti telah diketahui bahwa gugus azo dalam pewarna sintetis dapat menyebabkan kanker kulit, membuat kita berpikir ulang dalam aplikasi pewarna pada kain batik.

Sehingga munculah ide untuk menggunakan kembali zat warna alam pada batik, yang sebenarnya sudah dilakukan oleh nenek moyang kita. Menurut Sughemi-san dalam makalahnya di dalam buku kuno di Jepang, sekitar zaman NARA (710–794 M) telah ditemukan proses fermentasi indigo tetapi hanya bisa membuat dan bisa mencelup warnanya pada musim panas ( sekitar bulan 6 s/d 8), karena Indigonya belum ditemukan cara penyimpanan.

Sedangkan penggunaannya menurut beliau Orang zaman dulu nama warna indigo tua memanggil “Kachi-iro”. Dan “Kachi“ itu artinya “menang”. Maksudnya dua hurup Kanji “Kachi” bentuknya berbeda, tetapi tata bacanya sama-sama “Kachi”, oleh karena itu disebut “Kachi-iro” mempercayai “warna menang” meskipun rupa kanjinya lain pun, dan tentara Jepang yang zaman dahulu seperti SAMURAI senang dipakai sebagai baju tentara yang kain terbuat indigo tua karena mendoakan menang dan mengharap bisa kembali dari tempat/medan perang.

Sedangkan menurut Mr. Chen Ching-Liin dalam makalahnya bahwa di Taiwan isu untuk kembali ke alam sudah digulingkan sejak tahun 1960an. Yang paling banyak digunakan dalam pewarnaan alam di jepang adalah dari bahan indigo alam yang mereka sebut Tennen-ai. Sedangkan jenis tanaman yang menghasilkan warna indigo ini adalah Polygonum tinctorium Lour atau dalam bahasa jepang disebut Tade-Ai.

Bapak Hendri Suprapto menyampaikan bahwa pada saat ini peminat batik dengan zat warna alam kebanyakan masih didominasi dari luar negeri, karena menurut beliau ada kaitannya dengan taste (cita rasa), kemampuan (daya beli) dan kesadaran dari masyarakat luar negeri berbeda dengan bangsa indonesia. Masih menurut beliau pangsa pasar untuk produk batik dengan zat warna alam 75 % beliau dapatkan buyer dari Jepang selebihnya Eropa, Amerikad dan Lokal.

Sedangkan Ibu Evi Yuliati Rufaida memaparkan tentang pengujian mutu bati di Balai Besar kerajinan dan Batik, yang telah mempunyai Laboratorium Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik (LUK-IKB) dan pentingnya melindungi batik indonesia dan untuk menjaga kualitasnya dengan memberikan hak pemakaian batikmark"batik INDONESIA". Berikut adalah logo batikmark :

Dari hasil seminar ini diharapkan bahwa penggunaan zat warna alam untuk pewarnaan batik perlu lebih digalakkan dengan sinergi dari BBKB sebagai Balai Penelitian dan juga dari instansi lain seperti dinas peridag, civitas akademika maupun kalangan industri. Dan pengembangan lahan untuk penanaman pohon untuk diambil zat warnanya masih belum ditangani secara serius, selanjutnya bisa terwujud, sebab dari hasil perhitungan ekonominya juga manjanjikan.(jonis)

Tidak ada komentar: