Cerita pada Selembar Kain

Selembar kain adalah cerita tentang masyarakat pada sebuah zaman. Siapa tidak ingat ”batik” Korpri semasa pemerintahan Orde Baru dengan warna biru dan bermotif pohon beringin? Beringin, semua orang tahu, lambang Golkar, dicitrakan sebagai pengayom karena akar dan batangnya kuat dan percabangannya lebar sehingga meneduhi yang di bawah tajuknya.

Batik sudah ratusan tahun bersama masyarakat Indonesia sehingga identik dengan Indonesia, meskipun dalam seminar batik perhimpunan pencinta kain Wastraprema di Balai Sidang Jakarta, Kamis (17/4), pemerhati kain dari Universitas Kokushikan, Prof Masakatsu Tozu, menegaskan, sebagai teknik merintang warna memakai malam, batik tidak khas Indonesia.

Di pameran kain Nusantara oleh Wastraprema di Balai Sidang Senayan hingga Minggu (20/4), Tozu memperlihatkan sejumlah kimono buatan perajin Jepang yang motifnya dibuat dengan teknik batik. ”Tetapi, malam di Jepang tidak sebaik malam dari Jawa. Malam dari Jepang mudah pecah sehingga ada retak pada motif yang terbentuk,” papar Tozu.

Pada dasarnya semua kain Nusantara adalah cerminan suasana zaman. Pada seksi pameran Adiwastra Kain Nusantara, misalnya, selendang sulam dari Koto Gadang, Sumatra Barat, buatan tahun 1924 memperlihatkan perempuan memakai gaun yang menyerupai gaun populer pada tahun 1920-an.

Rompi (sape) buri dan bawahan king buri adalah pakaian perempuan Dayak Maloh (subsuku Dayak Iban) di Kalimantan Barat, dihiasi kerang (buri), perca kain, manik impor, potongan kertas permen dan lonceng kecil, dibuat pada paruh pertama abad ke-20. Kain ini memperlihatkan, kerang adalah barang berharga, sama seperti manik impor dan lonceng.

Batik tentu saja amat kaya ragam corak. Batik jenis gendologiri, yaitu batik sogan berbingkai batik warna merah, unik karena menggabungkan batik pesisir dengan pedalaman. Foto di halaman ini adalah batik gendologiri yang dibuat pada tahun 1880, batik sogan dibuat di Surakarta dann bingkainya di Lasem. Sedangkan songket bali ini bermotif topeng untuk penutup tempat sembahyang dan tapis Mane bergambar kapal asalnya dari Besikama, Timor. (NMP)

Tidak ada komentar: