Mengangkat Batik sebagai Komoditas Dunia

Kemeriahan tampak terlihat dari salah satu sudut Lapangan Jetayu Kota Pekalongan, tepatnya di Gedung Olahraga atau GOR Jetayu, Sabtu (1/9). Ribuan orang hilir mudik sambil menyaksikan deretan stan yang memamerkan karya batik dengan berbagai media dan corak.

Hari itu merupakan hari pertama diselenggarakannya pameran batik di Kota Pekalongan. Pameran yang rencananya digelar selama lima hari tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pekan Batik Internasional atau PBI di Kota Pekalongan.

Selain pameran batik, kegiatan PBI lainnya adalah pesta kuliner, bincang batik kontemporer, parade batik, dan berbagai seminar batik. Pembukaan PBI dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, sedangkan pembukaan pameran batik oleh Mufidah Jusuf Kalla.

Pameran batik tersebut diikuti sekitar 130 stan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Tegal, Yogyakarta, Riau, Sumatera Selatan, Papua, Madura, Cirebon, Lasem, Garut, Lampung, Jakata, Madiun, Tuban, Lombok, dan Surabaya.

Kain batik yang ditampilkan dalam pameran tersebut memiliki bermacam-macam motif dan corak. Jenis pewarna yang digunakan tidak hanya pewarna kimia, namun juga pewarna alam.

Selain memamerkan kain batik, sejumlah stan juga memamerkan interior dan aksesori dari batik, seperti tas maupun sepatu batik. Media yang digunakan pun bervariasi, seperti kain, kayu, dan juga kantong semen.

Wali Kota Pekalongan M Basyir Ahmad mengatakan, selama ini Kota Pekalongan memiliki dua potensi, yaitu batik dan tekstil, serta perikanan. Menurutnya, PBI dimaksudkan untuk mewujudkan batik sebagai seni budaya yang dapat memberikan napas bagi kehidupan masyarakat di sana.

Selain itu, dengan adanya kegiatan dan promosi berskala internasional, citra batik akan terangkat. Diharapkan pada masa mendatang batik dapat menjadi komoditas unggul dunia yang mampu bersaing dengan komoditas sejenis lainnya.

Menurut Basyir, saat ini infrastruktur pendukung batik di Kota Pekalongan sudah ada, seperti Pasar Batik Setono. Oleh karena itu, perlu adanya sarana promosi, di antaranya dengan pameran batik. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Pekalongan Slamet Prihantono mengatakan, pameran batik juga dimaksudkan untuk menampilkan batik-batik berkualitas dari Pekalongan, baik dari segi motif, pewarnaan, maupun metode pembuatan.

Dengan demikian, Pekalongan akan dikenal sebagai pusat batik. Selain mampu menghasilkan batik massal, pembatik di Pekalongan juga mampu menghasilkan batik berkualitas. Diharapkan ke depan, Pekalongan akan identik dengan batik. Begitu pula sebaliknya, batik identik dengan Pekalongan.

Menurut Slamet, selain sebagai karya seni budaya, selama ini batik telah memberi kesejahteraan bagi masyarakat Pekalongan. Rata- rata satu industri batik di Pekalongan mampu menyerap lima hingga 10 tenaga kerja. Jumlah industri batik di Kota Pekalongan mencapai lebih dari 80 unit usaha.

Muniroh, peserta pameran dari Tegal, mengaku senang dengan kegiatan tersebut. Menurutnya, pameran tersebut dapat menjadi ajang promosi dan pengenalan batik kepada masyarakat.

Meskipun demikian, ia berharap para pengusaha batik sportif mengikuti kegiatan tersebut. Jangan sampai satu peserta pameran mencuri motif batik dari peserta lainnya dan membuatnya untuk dijual dengan harga lebih murah.

Haris, peserta pameran lainnya dari Kabupaten Pekalongan, mengungkapkan hal senada. Menurutnya, pameran merupakan media yang cukup efektif untuk promosi. Oleh karena itu, masing-masing peserta harus mampu menampilkan produk terbaik mereka tanpa menjatuhkan produk dari peserta lainnya.
Oleh SIWI NURBIAJANTI

Tidak ada komentar: