Eksplorasi Tropikal

WARNA tropis nan ceria merajai panggung mode dunia.Tidak terkecuali di Indonesia.Para desainer lokal tampilekspresif dalam berbagai nuansa.

Dari retro hingga citra etnik, semua berbalut palet semarak. Para pakar mode dunia setuju, tahun 2008 warna cerah tidak lagi digunakan saat musim semi. Melainkan menjadi palet yang wajib ada hingga tahun berakhir. Lihat saja sejumlah panggung desainer terkemuka di pekan mode internasional.

Hampir seluruhnya tampil atraktif dengan menyuguhkan palet ceria. Apalagi nuansa warna ceria tak pernah luput dari panggung busana. Para pencinta mode pun kini tak sungkan untuk mengenakan busana dan aksesori berwarna ngejreng. Malah tabrak warna beberapa palet mencolok juga sedang digandrungi. Bila pandai memadukan, padanan ini justru menjadi gaya yang asyik. Begitu pula tren mode di Tanah Air.

Bermain warna seolah menjadi pakem yang tidak bisa ditinggalkan para desainer. Apalagi, mode Indonesia tidak terkungkung musim. Alhasil pelaku mode semakin bebas menginterpretasikan ide dalam warna dan motif.Hasilnya, rancangan mereka semakin variatif. Abstrak tapi segar. Sebut saja Lenny Agustin yang mengolah kain batik Semarang dalam tone cerah menjadi koleksi siap pakai nan manis.

Bukan hanya itu, material taplak pun direkanya menjadi terusan cantik dalam cutting asimetris. Rancangan Lenny kontras dengan koleksi yang ditawarkan Ari Seputra,Ichwan Toha, dan Priyo Ocktaviano.Ketiganya menawarkan kekuatan garis rancangan modern dalam paduan gaya maskulin sekaligus feminin. Dari segi warna,tiga desainer yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) ini memilih tone klasik, hitam, putih,dan keemasan.

Sementara Sofie mengaplikasikan motif tribal untuk menyuguhkan nuansa eksotis. Tidak jauh berbeda dengan Mangala Idhi Chandra yang menawarkan citra etnik melalui motif dan aksesori. Selanjutnya, Jeanny Ang menyajikan kesan Oriental melalui corak floral dan warna mineral. Berbeda dengan Jazz Pasay yang mengetengahkan warna-warna neon khas tahun ‘80-an. Adapun Denny Wirawan dan Tuty Cholid menyuguhkan koleksi atraktif lewat permainan warna sekaligus kembali mengangkat pamor kain Nusantara.

Denny tampil atraktif dengan kekayaan budaya Sumatera Selatan,songket, dan blongsong. Kedua kain itu dihadirkan dalam palet hitam dan turqouise, bercampur dengan sentuhan emas dan bronze. Kemudian Tuty mengedepankan kain tenun Nusa Penida yang dicampur dengan tenun ikat Bali. “Saya ingin menampilkan sesuatu yang modern dengan menggunakan warna-warna elektrik,” tutur desainer yang mengembangkan motif ucuk rebung Nusa Penida ini.

Berkat keuletan para desainer, ragam hias pun menjadi pusat perhatian.Apalagi, di runway lokal,mereka tidak segan menabrak motif dan garis.Membawa nuansa baru dalam gaya berbusana. Singkatnya, tahun ini desainer Indonesia semakin berani berekspresi. Jauh bereksplorasi, membawa teknik dan sentuhan baru yang menjadikan mode dalam negeri semakin kaya.Tidak kalah dengan mode internasional yang semakin gencar menyerbu pasar Nusantara.

Warna dan motif, menjadi dua bahasa desainer yang disampaikan melalui kemasan busana nan rancak. Pola, cutting,dan finishing menjadi bagian penting untuk menyampaikan pesan bahwa mode lokal siap beraksi di panggung internasional. Sayangnya, segala keindahan tersebut tidak dibarengi dengan dukungan dari semua pihak.Akibatnya, industri mode dalam negeri terkesan jalan di tempat.Tersalip berbagai brand luar yang semakin merangsek maju.

“Sebenarnya, inilah saat yang tepat bagi desainer kita untuk kembali merebut pasarnya,” sebut desainer senior Poppy Dharsono, dalam sebuah wawancara.Menurut data statistik, Poppy menyebutkan, 10 tahun yang lalu penduduk Indonesia yang memiliki income setara penduduk Singapura berjumlah 30 juta orang. “Nah, itu kan kesempatan bagi industri mode lokal,”ucapnya.

Namun diakuinya, pelaku industri mode Indonesia kalah dari berbagai segi oleh para peritel asing.“Mereka kalah produk, kalah harga, dan kalah gigih,” ujar peraih Fashion Icon Awards 2008 dari Jakarta Fashion & Food Festival ini.Untuk itu,dibutuhkan support dari berbagai pihak, termasuk pemerintah. “Kita harus bersama- sama dalam hal ini,”katanya. (nsa lesthia k)

Tidak ada komentar: