13 Desainer Bersolek di Lawang Sewu

MUNGKIN orang lebih mengenal Lawang Sewu sebagai tempat yang angker. Namun Jumat (2/5/2008) malam ini, Lawang Sewu disulap menjadi ajang pesta mode.

Di sepanjang area Lawang Sewu dipermanis dengan hiasan warna-warni, yang dapat membuat orang kagum. Bahkan, selain itu masyarakat setempat bisa leluasa mengintip seluruh isi ruangan dari balik pintu, yang khusus malam ini seluruh pintu dibiarkan terbuka lebar.

"Malam ini seluruh pintu di Lawang Sewu memang akan dibuka. Tujuannya untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa tempat bersejarah itu tidak angker seperti anggapan orang selama ini," tutur penggagas acara Anne Avantie kepada okezone, Jumat (2/5/2008).

Selain untuk menetralkan kengerian Lawang Sewu, menurut Anne, di area itu juga akan menggelar pameran yang menjadi potensi dari Kota Semarang dan sekitarnya.

Untuk menyemarakkan ajang berjudul "Smaradhana Batik ing Lawang Sewu", sederet desainer top yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) akan ambil bagian menampilkan koleksi paling baru. Mereka adalah Ferry Sunarto, Anne Avantie, Taruna K Kusmayadi, Lenny Agustin, Defrico Audy, Rudy Chandra, Ali Charisma, Oka Diputra, Inge Chu, Gregorius Vici Hari Pradana, Teja Nogo Laksono, Kesdik Tur Wiryono, dan Jeanny Ang.

"Malam ini akan ditampilkan keindahan dari batik Semarang, yang sampai saat ini masih kalah pamor dengan batik-batik yang berada di kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Setiap desainer mendapat kesempatan menampilkan 10 pieces," jelas Anne yang kini bergabung dengan APPMI Jakarta.

"Batik-batik itu sudah diolah oleh 14 desainer menjadi busana. Masing-masing desainer akan menampilkan 10 pieces," jelasnya.

Khusus untuk acara ini Lenny Agustin mengatakan akan menampilkan koleksi bercitra etnik. Etnik yang Lenny tampilkan bukanlah yang terlihat secara tradisional, tetapi desain busananya jauh lebih kekinian. Ringkasnya, Lenny menyebut koleksi yang berjumlah 10 oufit itu berjudul etnik modern.

"Memang di ajang itu kami disodori bermacam-macam tema. Apakah etnik modern, Jepang, Timur Tengah, atau tema seru lainnya. Saya tertarik ambil tema itu, ya karena cocok dengan jiwa saya," kata Lenny.

Menurut alumnus Akademi Seni Rupa dan Desain Mode ISWI, ajang yang berpotensi untuk memasyarakatkan kekayaan warisan daerah itu memang patut mendapat dukungan. Makanya ketika dirinya diajak ikut berpartisipasi, dengan senang hati Lenny pun langsung menerimanya.

"Saya senang bisa menjadi bagian dari upaya melestarikan budaya setempat. Makanya saya berusaha mengolah batik Semarang jadi lebih cantik dan wearable," katanya.

Tak berbeda dengan Lenny, Taruna K Kusmayadi juga menyambut ajakan Anne Avantie. Meski Nuna-panggilan Taruna K Kusmayadi- mengakui mengolah batik bukan perkara mudah. Makanya dia pun tertantang ingin menampilkan batik Semarang lebih kekinian.

Menurutnya, corak dan motif yang terdapat pada batik Semarang cukup unik dan tidak kalah dengan batik-batik yang sudah populer selama ini. Selain itu, warna yang tersemburat pada batik Semarang juga lebih monokromatik, sehingga tampil indah setelah diolah.

"Ajang tersebut cukup bagus untuk menggali potensi lokal yang selama ini ada, namun belum terpublikasi secara luas. Saya pikir itu juga harus diikuti oleh daerah-daerah lain agar bisa memaksimalkan potensi daerahnya," tutur Nuna.

Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini mengatakan, konon batik Semarang itu pernah "melejit" sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia. Namun saat itu banyak pengrajinnya yang hijrah ke Klaten, Solo, dan daerah-daerah di sekitarnya. Makanya pengrajin yang mengerjakan batik Semarang pun sangat sedikit.

Mengenai koleksi pribadi yang akan ditampilkannya nanti, Nuna mengaku akan mengusung tema koleksi "Eclectic Asia", di mana inspirasinya tercuat dari gaya berbusana Jepang dan Korea.

"Koleksi saya lebih ready to wear dengan look yang tak lepas dari karakter pribadi yang cantik dan feminim," jelasnya.

Lain pula dengan Rudy Chandra yang ingin menampilkan batik batik Semarang lebih dikenal masyarakat. Menurutnya, motif yang terdapat pada batik Semarang itu tidak kalah bagus dengan motif dari daerah lain. Hanya, tidak banyak orang yang mengetahuinya. "Makanya tugas kita para desainer untuk memopulerkan batik tersebut," ujar Rudy Chandra.

Di ajang tersebut, Rudy akan banyak mempresentasikan busana-busana ala Jepang, yang berwujud kimono berpotongan pendek, permainan obi dan lengan longgar. Selain itu sentuhan oriental juga tak ditinggalkan dengan bentukan leher tinggi.

"Saya ingin menawarkan koleksi yang terlihat modis saat dikenakan anak muda. Selama ini mereka masih memandang batik sebelah mata, yang mana hanya cocok dipakai oleh kelompok tua saja," katanya.

Koleksi Rudy yang akan ditampilkan di hadapan ratusan masyarakat itu tetap saja terlihat feminim dan seksi, meski kain tenun dijadikan sebagai salah satu material utama untuk gaunnya. Model busananya tetap menampilkan siluet press body dan model busana mini.

"Gaya rancangan saya memang begitu. Meski materialnya berubah, modelnya tetap seksi dan feminim. Bedanya dengan koleksi tahun lalu kali ini lebih simpel saja," jelas Rudy yang menjadikan tenun Klungkung sebagai aplikasi pada gaunnya.

Rudy yang akan mengambil tema "Oriental Illusion" menambahkan, koleksinya terbagi dalam busana cocktail dan busana malam yang ringan. Pilihan busana ini, kata Rudy, dapat mengakomodasi kebutuhan para wanita yang akan menghadiri acara pesta.

"Tidak semua wanita nyaman dengan gaun panjang. Mereka yang ingin memperlihatkan kakinya yang indah memilih pakai gaun mini," tukas desainer multitalenta ini.
(tty)

Tidak ada komentar: