Mendadak Batik

Koleksi Susie Hedijanto (Foto: Yulianto/Sindo)
FENOMENA mendadak batik memang terjadi akhir-akhir ini. Batik tidak saja diburu kaum berumur matang, tetapi banyak pula kawula muda yang ikut tersihir oleh keindahan batik.

Batik-batik yang mereka gemari pun cukup beragam, baik batik tulis, cap, ataupun printing. Hanya, tak banyak dari mereka yang paham betul soal batik. Untuk memberikan wawasan soal batik, Himpunan Ratna Busana menggelar acara bertajuk "Pemahaman & Penghayatan Seni Batik".

Acara tersebut menghadirkan pembicara Noes Moeljanto Djojomartono dan Neneng Iskandar dari Himpunan Pecinta Kain Adati Indonesia (Wastraprema). Noes menjelaskan, ketiga jenis batik itu kalau dilihat sekilas memang tak ada bedanya. Khususnya bagi mereka yang tidak begitu kenal dekat dengan batik. Berbeda dengan masyarakat pecinta batik, yang memang sudah teruji memiliki taste yang begitu tajam bisa mengetahui batik berkualitas ataupun pasaran.

Pun begitu, sambungnya, untuk mengetahui mana batik cap, tulis, atau printing sebenarnya amat mudah. Caranya, untuk mengetahui batik cap bisa dilakukan dengan membalikkan kainnya. Biasanya warna batik antara bagian depan dengan belakang tidak sama. Kalau untuk batik printing bisa diketahui dari bahannya yang begitu tipis dan batik tulis diketahui pada kain yang dipakai biasanya dibatik bolak-balik.

"Batik itu aset bangsa dan harus dilestarikan. Apalagi kini gaya pemakaian kain batik sudah tidak baku seperti dahulu dan sudah lebih kekinian," jelas Noes yang ditemui okezone di Jalan Cikini Raya 24 Jakarta, Selasa (6/5/2008)

Pun begitu, mengenai kelaziman batik dipotong untuk busana, Noes mengatakan, batik berbentuk kain itu sebenarnya sudah bagus dan tak perlu lagi dipotong. "Sayang sekali apalagi itu batik tulis. Kecuali seperti Pak Iwan Tirta yang sudah teruji membuat busana dengan batik tulis. Beliau tetap bisa memasang motif batik di tempat yang benar, sehingga penampilan busananya pun bagus sekali," puji wanita matang yang juga menjadi Ketua Seksi Pendidikan Himpunan Ratna Busana.

Menurut Noes, batik tulis memang sebaiknya dibiarkan dalam lembaran kain. "Tapi, kalaupun batik tulis mau dipotong menjadi busana, ya harus diperlakukan seperti nilai batik tulis itu. Jadi bukan karena harganya yang menjadi pertimbangan utama, tetapi nilai dari batik tulis tersebut," tandas Noes.
(tty)

Tidak ada komentar: