Batik ing Lawang Sewu Spektakuler

AJANG mode bertajuk "Smaradhana Batik Semarang ing Lawang Sewu" tampil spetakuler. Seluruh penampil pun terlihat apik memamerkan kekayaan budaya kebanggaan Indonesia.

Mereka adalah Anne Avantie, Tejo Nogo Laksono, Rudi Chandra, Defrico Audy, Taruna K Kusmayadi, Lenny Agustin, Jeanny Ang, Oka Diputra, Ali Kharisma, Ferry Sunarto, Gregorius Vici Hari Pradana, Inge Tjoe dan Kesdik Tur Wijoyo. Sebanyak 13 desainer itu merupakan orang-orang hebat di Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).

Karya terbaik anak negeri itu mulai menyapa masyarakat setempat pada pukul 21.00 WIB. Para model peraga pun begitu piawai menghipnotis mata para pecinta mode dadakan tersebut. Meskipun saat itu area Lawang Sewu diguyur hujan, namun tak satu pun masyarakat beranjak dari tempat semula. Mereka seakan tahu bahwa itulah saatnya mereka mendukung upaya Pemerintah Kota Semarang yang ingin memopulerkan batik.

Suguhan musik yang ditata oleh Haryanto M ED, tutur menemani dari awal hingga akhir acara. Suasana pun makin syahdu oleh alunan merdu dua penyanyi legendaris Indonesia, Titiek Puspa dan Waljinah. Keduanya melantunkan lagu yang menjadi ciri khas mereka masing-masing.

Sebanyak empat lagu meluncur dari bibir Titiek Puspa. Lagu tersebut seperti Jatuh Cinta, Marilah Kemari, Kupu-Kupu Malam, dan Blues as You. Sementara lagu andalan Waljinah di antaranya Jangkrik Jenggrong dan Walang Kekek ikut membuat suasana menjadi lebih hangat.

Acara yang dihelat bertepatan dengan HUT Kota Semarang ke-461 itu memang memberi arti puas bagi para desainer dan juga penyelenggara. Mimpi mereka ingin memopulerkan Batik Semarang ternyata bisa direalisasikan secara sempurna.

"Kami memang berupaya mengangkat kembali batik Semarang yang kurang populer. Sebenarnya batik Semarang itu sudah lama ada, tapi kemudian punah. Makanya ajang Smaradhana Batik ing Lawang Sewu ini adalah kesempatan emas buat kami untuk memopulerkan kembali batik Semarang," beber wanita ayu ini di Hotel Pandanaran, Semarang, Jumat (2/5/2008).

Sementara dipilihnya lokasi pergelaran di Lawang Sewu, menurut Anne, untuk mengangkat keberadaan bangunan kuno yang selama ini terkenal angker, juga untuk bersinergi dengan keragaman seni budaya Jawa Tengah.

"Sinergi ini untuk membonceng popularitas Lawang Sewu untuk mendongkrak batik Semarang," pungkas desaainer yang kini berbasis di Kota Semarang ini. (nsa)

Tidak ada komentar: