Menciptakan Kreasi Yang Ramah Lingkungan

Menggunakan bahan daur ulang di dalam rancangan mode bukan barang baru. Dengan diterimanya kenyataan telah terjadi perubahan iklim, kesadaran terhadap lingkungan dalam mode kembali digugah.

Itulah yang setidaknya ingin dimunculkan dalam pergelaran mode malam dana United Bank of Switzerland (USB) untuk World Wildlife Fund for Nature di Jakarta, Senin (3/3), dalam tema Ecochic.

Pergelaran ini menampilkan 15 perancang Indonesia dari beberapa kota dan beberapa perancang berbasis di Hongkong. Acara diselenggarakan Yayasan Lingkungan Gren2greener yang bermarkas di Hongkong.

Beberapa perancang, seperti Anne Avantie, Lenny Agustin, Carmanita, Taruna Kusmayadi, dan Tuty Cholid menggunakan kain sisa atau limbah. Anne Avantie, misalnya, mendaur ulang batik semarang yang digabung dengan tenun troso dan menyambung kain brokat menjadi kebaya. Carmanita menggunakan kain yang terendam air banjir.

Perancang lain menggunakan bahan baku yang ”ekstrem”, seperti kulit jagung, daun pandan yang dianyam seperti tikar, kertas timah, dan plastik.

Fabio Renaldo membuat rok pendek yang tepiannya dihias printed circuit board (PCB), bahan baku bekas untuk komponen komputer. Fabio juga membuat tas tangan dengan limbah sama. Ada lagi gaun panjang dari limbah tali sepatu buatan Sofie yang beratnya mencapai 20 kilogram.

Mardiana Ika, penyelenggara Ecochic dari Indonesia, mengatakan, tantangan ke depan adalah menciptakan kreasi dari bahan baku bekas yang nyaman dipakai dan memiliki nilai jual tinggi. ”Jadi, bukan sekadar pertunjukan di atas panggung,” tutur Ika.

Sebagai pendiri Bali Fashion Week, Ika mengatakan akan membawa tema ini dalam acara itu bulan Agustus mendatang. (IND)

Tidak ada komentar: