Karnaval Batik Solo 2008

Kota Solo merupakan kota yang memiliki citra sebagai sebagai salah satu kota wisata dan kota budaya di Indonesia. Kota ini telah mengalami berbagai krisis multidimensional dalam perjalanan pertumbuhannya. Karena itu, tentunya mendambakan suatu kondisi kota yang damai dan berbudaya.

Salah satu hal yang menjadi bagian dari budaya Solo adalah Batik. Yaitu batik yang dilahirkan dari tradisi Kota Solo dan menjadi salah satu akar pertumbuhan tradisi batik nusantara.

Untuk mengakselerasi pertumbuhan dan citra Kota Solo sebagai Kota Batik di tingkat nasional maupun internasional, Solo Center Point Foundation (SCP) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta menggelar Royal Dinner dan pencananangan program Solo Batik Carnival 2008.

Pada 12 April, dielenggarakan peragaan 100 peserta Indoor Solo Batik Carnival yang bertempat di Pura Mangkunegaran. Sementara pada 13 April, digelar Solo Batik Carnival. Rute karnaval ini dimulai dari Solo Center Point (Purwosari, Jalan Slamet Riyadi) dan berakhir di Balaikota Pemetintah Kota Surakarta (Jalan Jendral Sudirman).

Solo Batik Carnival adalah suatu karnaval Batik Solo yang melibatkan seluruh masyarakat. Pada karnaval ini, batik dijadikan sebagai sumber ide dasar dan semangat kreativitas masyarakat. Ini sesuai selaras dengan jiwa Solo, yaitu sebagai 'The Spirit of Java'.

Dengan diselenggarakannya karnaval ini, diharapkan akan lebih mendekatkan masyarakat Solo kepada kearifan lokal kotanya. Juga mencintai pertumbuhan kotanya yang makin plural dan multikultural. Oleh karena itu, untuk mematangkan kualitas karnaval, peserta harus mengikuti berbagai workshop. Mulai dari workshop untuk kostum, tarian, dan cara berjalan yang dipandu oleh Jember Fashion Carnival.

Diselenggarakan juga workshop untuk menggali kreativitas dan memahami esensi karnaval yang diselenggarakan. Sekitar 500 orang yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat ikut terlibat dalam karnaval tersebut. Mulai dari siswa SMU, organisasi profesi, organisasi kebudayaan, organisasi swasta dan BUMN, institusi pemerintah dan swasta, grup kesenian, individu, dan sebagainya.

Sebagai acara pendamping, diselenggarakan Srawung Batik. Yaitu suatu pameran batik dan ragam produk kerajinan tangan. Acara ini diikuti oleh UKM batik dan kerajinan tangan dari Kota Solo. Srawung Batik bertujuan untuk merekatkan hubungan perajin-perajin batik, para UKM batik dan UKM kerajinan tangan batik dengan konsumen. Sehingga dapat memberdayakan ekonomi kerakyatan Kota Solo dan mengkokohkan Kota Solo sebagai Kota Batik. Pameran ini digelar di sepanjang city walk Jalan Slamet Riyadi.

Ada alasan tersendiri kenapa kawasan Jalan Slamet Riyadi dipilih sebagai tempat karnaval dan pameran. Menurut sejarah, pada abad ke-19 sepanjang kawasan ini disebut dengan sebutan Jalan Wihelminaan. Jalan ini membagi kota Surakarta menjadi dua. Sebelah utara menjadi komplek Belanda dan selatan menjadi komplek Keraton. Jalan inilah yang seolah�olah menjadi 'pembelah' kota Surakarta.

Dengan dibukanya jalan menuju Semarang, terjadi pertumbuhan ekonomi dan kultural pada masyarakat Solo. Sejak itu keberagaman etnis, tradisi dan kesenian tumbuh di lingkungan masyarakat kedua wilayah, utara dan selatan kota.
(ci1 )

Tidak ada komentar: