Topeng Batik dari Dusun Krebet

Kerajinan ini mulai merebak pada 1970-an. Sekarang Krebet dikenal sebagai sentra kerajinan topeng.

Sebuah topeng panji raksasa terpampang megah di Bantul Expo, Agustus 2007, di Pasar Seni Gabusan, Sewon, Jalan Parangtritis, Bantul. Topeng yang memiliki panjang 4,4 meter, lebar 3,5 meter, dan tebal 1 meter itu berhasil mencatatkan diri di Museum Rekor-Dunia Indonesia sebagai topeng terbesar yang pernah dibuat di Indonesia.

Selain ukurannya yang megah, ada keistimewaan lain dari topeng kayu buatan Kemiskidi ini. Seluruh permukaan topeng bermotif batik. Laki-laki 44 tahun itu dikenal sebagai perajin batik kayu yang cukup sukses di Bantul.

Selama ini orang lebih mengenal batik dengan kain sebagai medianya. Namun, warga Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Yogyakarta, lebih suka menggunakan media topeng yang terbuat dari kayu sengon. Kerajinan inilah yang selama puluhan tahun dijadikan sandaran hidup masyarakat setempat.

Dusun Krebet berada sekitar 15 kilometer arah tenggara dari Kota Yogyakarta. Dusun yang terletak di atas perbukitan barat daya wilayah Kabupaten Bantul ini sudah lama menjadi sentra kerajinan topeng. Di sana ada 40 sanggar pembuat topeng dengan jumlah perajin tidak kurang dari 300 orang. "Bisa dikatakan hampir seluruh masyarakat dusun ini menggantungkan hidup mereka dari kerajinan topeng," kata Gunjiar, 60 tahun, perintis

kerajinan topeng di dusun itu.

Menurut Gunjiar, meski saat ini topeng-topeng modern yang terbuat dari plastik sudah merebak, topeng produk Krebet ini masih mampu bersaing dan memiliki pasar tersendiri. Bahkan produksi topeng di dusun ini bisa menembus pasar dunia. Setiap bulan, selalu saja ada pesanan untuk dikirim ke Jepang, Korea, Australia, Belanda, dan Amerika.

Tradisi membuat topeng di Krebet sudah berlangsung sejak 1970-an. Saat itu, Gunjiar, yang berprofesi sebagai pematung, belajar membuat topeng kepada Warno Waskito, empu topeng dari Keraton Yogyakarta. "Saya hanya lulusan sekolah dasar. Jadi susah cari kerja. Waktu itu saya berpikir membuat topeng bisa menjadi sumber penghasilan," ujarnya. Apalagi kayu sengon sebagai bahan baku cukup mudah diperoleh.

Tidak perlu waktu lama bagi Gunjiar untuk berguru kepada Warno. Setelah mahir, dia pun mulai mengembangkan kemampuannya di Krebet. Bahkan banyak warga dusun yang "tertular" sehingga kemahiran membuat topeng ini menjadi wabah. Dusun Krebet pun populer sebagai sentra kerajinan topeng batik.

Jika dihitung total, omzet penjualan topeng batik Krebet tidak kurang dari Rp 200 juta per bulan. Angka yang tidak kecil untuk sebuah dusun seperti Krebet. Para perajin bisa mempertahankan kualitas produk mereka di tengah gencarnya produk-produk luar yang serba modern.

Menurut Martinah, 25 tahun, penjaga salah satu gerai di Dusun Krebet, pada masa liburan tempat itu selalu dipenuhi pengunjung. Bahkan tidak jarang dia kehabisan persediaan sejumlah produk karena maraknya pembeli. "Kami sering kewalahan melayani pembeli. Pernah ada rombongan wisatawan datang dengan tujuh bus. Persediaan kami ludes," kata dia.

Bentuk kerajinan yang unik dan bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ketertarikan itu diperlengkap dengan harganya yang relatif murah. Sebuah topeng kecil seukuran gantungan kunci bisa diperoleh dengan harga sekitar Rp 5.000. Adapun untuk ukuran yang lebih besar, sebesar wajah manusia, ada yang hanya puluhan ribu rupiah. Ada juga aksesori lain yang bisa digunakan sebagai hiasan dinding, asbak, vas bunga, sandal kayu, dan wayang kayu. Semuanya dari kayu dengan motif khas batik.

Vera, seorang pembeli, mengaku beberapa kali bertandang ke Krebet. Dia suka dengan bentuk-bentuk unik yang diciptakan perajin di sana. Apalagi harganya jauh lebih murah ketimbang harga kerajinan yang sama yang dijual di kawasan Jalan Malioboro, Yogyakarta. "Saya membeli sandal kayu yang dibatik karena unik dan murah," kata Vera. Suseno | Muh Syaifullah

Tip Membatik dengan Media Kayu

Pilih kayu yang tidak mengandung minyak karena pelarut warna batik menggunakan air. Jenis kayu seperti kayu sengon, albasia, wadam, kayu kembang, dan kayu jati muda cocok untuk warna cokelat. Yang paling bagus adalah kayu damar.

Kayu diukir, kemudian diampelas sampai halus, lalu digambar dengan pensil. Selanjutnya, kayu dibatik warna hitam sebagai warna dasar, tentunya dengan canting untuk membatik kain. Lalu kayu direbus. Setelah kering, kayu dibatik dengan warna lainnya.

Motif yang biasa di pilih antara lain motif Parangrusak, Parangbarong, Kawang, Garuda, Sidomukti, Sidorahayu, atau motif menurut selera jika belum tahu motif-motif tersebut.

Setelah proses pada tahap kedua selesai, kayu direbus kembali, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.

Batik kayu tidak boleh dijemur langsung terkena cahaya matahari, karena warnanya bisa rusak atau pecah. Setelah kering, baru dilakukan proses finishing menggunakan NL (zat untuk finishing antijamur dan antiracun), bukan tinner melamin. Sebab, bau tinner melamin menyengat dan tidak baik untuk kesehatan, apalagi untuk nampan wadah makanan.
Proses pembatikan kayu membutuhkan waktu tiga hari. Produk pun siap dipasarkan atau dipajang.

Tidak ada komentar: