Semburat Batik Guruh

Modifikasi gaya dan bahan batik Jawa.

Lembaran kain-kain batik cantik bermotif tulisan Guruh dalam bahasa Sanskerta terjejer rapi di pintu masuk ballroom Hotel Lor In, Solo, pekan silam. Malam yang indah. Aroma tanah basah yang baru saja diguyur hujan menambah suasana magis saat memasuki arena peragaan busana Persada Sembangi Wungu. Tuan rumah pesta meriah itu adalah Guruh Sukarno Putra. "Ini karya saya di dunia seni batik. Saya merintisnya secara profesional sejak 1999 melalui PT Guruh Sukarno Persada," katanya.

Putra bungsu mantan presiden Soekarno itu mengakui rasa cintanya pada batik bukan hal baru. Sejak remaja, saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia mengaku sudah jatuh cinta pada batik dan mulai belajar membatik. "Guru saya, Raden Ayu Laksmito Rukmi dari Keraton Solo, yang begitu telaten mendidik saya di dunia membatik," paparnya.

Karena kesibukannya menekuni berbagai bidang seni tari, musik, sosial, hingga politik, kegemarannya membatik yang dirintis secara profesional sempat terputus. "Sekarang saya turun gunung ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia cinta kain lokal dari Tanah Air, khususnya batik," kata Guruh.

Sejak dulu Guruh bertekad ingin mengangkat citra perajin batik agar tidak melulu bermain di katun dan terpaku pada model lama. "Saya mengajari mereka memodifikasi gaya dan jenis bahan," katanya.

Malam itu Guruh menampilkan 50 batik rancangannya di atas kain katun, sutra, poliester, wol, beledu, kulit, hingga bahan denim. Umumnya mengambil motif Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan daerah lain, termasuk motif huruf dan bahasa Sanskerta. Semuanya disajikan dalam potongan kebaya encim, pasangan sarimbit, kemeja pria, aneka gaun cantik siap pakai, hingga busana santai, seperti setelan celana, gaun baby doll, serta jas berbahan jins dan korduroi.

Sembangi wungu dalam bahasa Jawa bermakna sembagi semburat, pecahan, atau pendaran corak dan warna dalam seni batik. Adapun kata wungu, selain berarti warna ungu, bermakna bangun.

Menurut Guruh, sembangi wungu terinspirasi oleh semburat, pecahan, atau pendaran seni budaya batik yang kaya akan corak dan warna. Sembagi wungu banyak dipakai dalam motif batik dan disesuaikan dengan tren warna yang mendominasi dunia masa kini, yaitu ungu.

Guruh memang bertekad ingin mengangkat citra perajin batik agar tidak melulu bermain di katun dan terpaku pada model lama. "Saya mengajari mereka memodifikasi gaya dan jenis bahan. Yang terpenting, saya mengajak mereka bercita-cita bisa memiliki penghasilan sebulan Rp 5 juta," ujarnya bersemangat. Tidak mengherankan, didasari semangat yang meletup-letup ini, dengan percaya diri Guruh memberi harga batiknya mulai Rp 150 ribu hingga Rp 40 juta. Wow, sungguh harga fantastis!

Tidak ada komentar: