Kasual Etnik

ELEMEN etnik menjadi kunci tren busana tahun 2008.Terlihat dari berbagai sentuhan eksotis yang menjadi pilihan para desainer. Tahun baru tentu saja identik dengan penampilan baru.Karenanya, wajar bila para desainer telah meramalkan tren gaya terbaru sejak pertengahan 2007 lalu.

Dari berbagai pagelaran yang digelar, baik pekan mode internasional maupun koleksi milik para desainer lokal, dapat ditarik satu kesimpulan. Tahun 2008 nanti, busana berelemen etnik menjadi kunci untuk tampil up-to-date.

Matthew Williamson misalnya. Desainer yang juga menjabat sebagai Direktur Kreatif rumah mode Emilio Pucci ini menghadirkan koleksi yang terinspirasi gaya bohemian kaum hippies. Nuansa etnik ala gipsi terasa kental mendominasi rancangan Williamson, yang dipertunjukkan di Pekan Mode London, September lalu.

Koleksi tersebut langsung memberikan kesan etnik di antara koleksi lain yang cenderung bergaya kontemporer. Terutama melalui sentuhan hippieala Meksiko yang dipadukan dengan combat boots beraksen. Rancangan Williamson rupanya senada dengan koleksi besutan Luella Bartley.

Desainer yang sebelumnya berprofesi sebagai jurnalis ini menampilkan gaya eklektik dalam tema ”Geek Chic” yang memadukan corak floral, detail sequin, dan jubah ala Batman. Unik, bergaya etnik, sekaligus atraktif.

Di kesempatan yang sama, Christoper Kane pun tidak ketinggalan menghadirkan nuansa etnik dalam palet lembut yang langsung menjadi incaran fashionista London. Kesan etnik pun tidak ketinggalan dihadirkan para desainer Indonesia.Mulai pagelaran tahunan Fashion Tendance 2008 APPMI, Trend Show 2008 IPMI,Pekan Mode Indonesia (Indonesian Fashion Week)

Pekan Mode Bali (Bali Fashion Week 2007), serta Festival Mode Indonesia yang digelar sepanjang tahun 2007, sentuhan tradisional dan elemen etnik hadir di sana-sini. Bukan hanya dari segi penggunaan warna yang mengarah pada palet eksotis, juga ragam material yang digunakan. Kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun tengah merajai panggung pagelaran busana.

Lihat saja koleksi para perancang lokal yang tidak jauh-jauh dari nuansa etnik Tanah Air, seperti halnya Carmanita, Sofie, dan Ian Adrian. Untuk tren busana 2008, Ian mengeluarkan koleksi etnik yang mengeksplorasi tenunan gedog. Di tangan Ian, tenunan khas daerah Tuban itu berevolusi menjadi rancangan bergaya kontemporer.

Dengan apik, Ian mengombinasikannya dengan berbagai material lain,seperti katun, kain tule, organdy silk, dan diolah menjadi rancangan yang lebih elegan. Karyanya didominasi warna hitam, putih, dan abu-abu. Seperti halnya Ian, Sofie pun menghadirkan karya etnik dalam kemasan modern. Koleksi bertema ”Iconic Tribes” tersebut rupanya terinspirasi dari keunikan dan kekuatan unsur ragam hias suku Inca dan Aztec di Amerika Latin.

Hal itu kemudian dituangkan menjadi koleksi yang bernapaskan etnik kontemporer dalam paduan motif floral, permainan tabrak motif, embroidery, maupun aplikasi dekoratif lainnya. ”Koleksi ini saya tujukan bagi wanita urban yang mapan, mandiri, dan penuh percaya diri,” ujar Sofie.

Karena itu, desainer yang memiliki nama lengkap Ahmad Sofiyulloh ini menghadirkan ragam gaya klasik tahun ‘30, ‘40, hingga ‘60-an yang dikemas dalam siluet bergaris ”A”. Selain itu dia juga menyertakan volume mengembang, baik pada blus, terusan pendek, rok selutut, maupun celana jodhpur. Sekali lagi, warna natural jadi pilihan, tapi Sofie memberi sentuhan yang berbeda dengan menambahkan palet aristokrat layaknya merah marun dan turqouise.

Sementara, Carmanita memilih gaya rancangan yang lebih unik melalui tema ”Tangan-Tangan”. Bahkan, mendengar tema koleksinya pun sudah terbayang nuansa etnik yang ditampilkan desainer bertubuh mungil ini. Carmanita langsung melukisnya dan sebagian dibantu oleh teman-temannya. Palet lembut layaknya ungu, pink, oranye, kuning, biru muda, dan merah marun menjadi pilihan Carmanita.

Meskipun bernuansa etnik, koleksinya hadir sangat simpel. Carmanita mengakui, seluruh rancangannya hadir tanpa pola. ”Semua rancangan dibuat tanpa patron,” sebutnya. Karenanya, wajar bila blus yang dipadukan dengan celana galembong besutannya tampil natural.

Pasalnya, setiap koleksinya dibuat dari selembar kain yang tidak dipotong maupun dijahit. Hanya dililitkan begitu dengan bantuan peniti atau jahitan sederhana. Feminin, kasual, dan tentu saja unik.

Tidak ada komentar: