Batik Empat Musim

Inilah tema yang dipilih sendiri oleh para peserta lomba.

Warna-warna itu hadir amat atraktif. Hijau, merah marun, cokelat, hingga ungu. Ada yang hangat, ada yang terkesan menyejukkan. Seperti atmosfer di negeri empat musim.

Rupanya, musim-musim yang terjadi di kawasan subtropis itu menghadirkan inspirasi tersendiri untuk 250 perancang busana batik dalam Lomba Rancang Busana Batik 2008 yang diadakan majalah Prodo belum lama ini.

Seperti diungkap Alberthiene Endah, ketua dewan juri, tema empat musim justru datang dari para peserta sendiri yang mengklasifikasikan busana hasil rancangan mereka berdasar empat musim tersebut. ''Meskipun empat musim tidak terjadi di Indonesia, beragamnya rancangan ini justru bisa mengangkat busana ke ranah busana internasional,'' ujar dia.

Dari ratusan peserta, hanya sepuluh perancang saja yang masuk ke babak final. Saat pergelaran busana, masing-masing finalis menampilkan empat koleksi hasil rancangannya. Yang menarik, salah satu koleksi khusus dipersembahkan oleh Guruh Sukarno Putra yang juga menjadi anggota dewan juri dengan busana batik bermotif bulat.

Sesuai temanya, para perancang yang usianya antara 15-40 tahun ini memilih warna yang sangat variatif yang disebut mewakili warna-warna yang hadir di empat musim. Di saat bersamaan, warna-warna yang hadir juga seolah mewakili kekayaan batik negeri sendiri.

Sebut saja warna batik seperti pelangi yang dapat dijumpai di berbagai motif batik khas Indonesia, terutama daerah pesisir seperti Cirebon, Pekalongan, maupun Madura. Sedang untuk warna yang cenderung cokelat, peserta lebih memilih batik asal Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Untuk teknik cutting, para perancang terlihat masih terinspirasi dengan koleksi yang sering diperagakan di berbagai pergelaran busana internasional. Salah satunya adalah gaun yang cenderung panjang pada untuk musim dingin. Detail kain dengan aplikasi pleads berkilauan semu cokelat untuk busana musim gugur.

Pun, teknik baby doll dengan lengan balon menjadi pilihan untuk koleksi busana musim panas dan semi. Untuk tidak melupakan ciri Indonesia, para perancang yang menggunakan batik dari berbagai daerah ini tetap menggunakan payet. Kehadiran payet yang disesuaikan dengan motif batik tak urung memberi sentuhan tersendiri. Begitu pula aksi patchwork yang indah.

Dari lomba tersebut, terpilih tiga pemenang, yaitu Abdulrahman Arif asal Jakarta (juara I) dengan tema 'Ecology'. Arif menghadirkan koleksi yang cenderung berwarna cerah. ''Saya memilih tema ini karena bisa menggunakan warna yang variatif layaknya alam di sekitar kita,'' ujar Arif.

Sedangkan gelar juara kedua diraih oleh Ilham Mulyadi asal Jakarta dengan tema 'Batik Touch by Pleats' dan juara ketiga jatuh di tangan Tjong Hian Nen asal Jakarta dengan tema 'Syinthesise'. Sementara gelar juara terunik direbut oleh Pamela Bethia yang juga berasal dari Jakarta dengan tema 'Patchworks Land'. fia
( )

Tidak ada komentar: