Mahadaya Alam

Aneka ragam motif batik yang terinspirasi dari alam pun tumpah ruah.

Sang maestro batik itu hadir dengan cita rasa kedaerahan. Ada gaya Palembang,Yogyakarta, paduan Cina-Yogya, serta gaya campuran. Motif burung dan bunga tampak mendominasi. ''Motif burung dan bunga yang saya pilih memang terinspirasi dari jenis motif yang sudah turun temurun di Yogyakarta,'' ujar Iwan Tirta.

Malam itu, Selasa (18/3) di Jakarta, bersama empat desainer lain --KRT Hardjonegoro, Ibu Sud, Ibu Nora, dan Setyowati-- Iwan Tirta memaparkan koleksi yang seluruhnya berjumlah lebih dari 20 kain dalam pergelaran busana yang diadakan Himpunan Ratna Busana.

Seperti diungkap Ratna Maida Ning, ketua Himpunan Ratna Busana, ajang ini merupakan upaya memperkenalkan aneka ragam motif khas Indonesia yang berusia cukup tua pada dunia busana saat ini. Maka, hadirlah puluhan motif batik yang terinspirasi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam. Keindahan itu kian menonjol dengan kombinasi pola yang kaya serta campuran isian warna yang dinamis di tangan kelima perancang batik itu. Terlebih mereka pun tak segan menorehkan warna-warna yang amat menyedot perhatian sebagai warna pilihan mereka, terutama pada motif batik pesisir.

Seperti motif burung bercampur bunga yang sangat kental pada kain batik karya Iwan. Warna yang cukup berani seperti merah dipilih sebagai warna dasar kain batik Cina Yogya selain warna dasar putih khas kota gudeg itu. Berbagai inspirasi motif batik Iwan Tirta itu tampil dengan padu padan atasan polos yang mengadopsi bentuk kebaya jawa disesuaikan dengan warna utama kain batik. ''Untuk kain batik cina memang dipilih motif yang tak terlalu penuh, karena pada awal perkembangannya, orang keturunan Cina tidak menggemari batik dengan motif yang rumit,'' ujar Iwan di sela-sela pergelaran.

Sedangkan Nora yang terkenal dengan sogan Jawa sistem colekan mengangkat motif kawung, daun pacar, dan buketan bunga. Isian warna untuk masing-masing motif sangat beragam seperti merah, ungu, maupun cokelat di antara warna-warna dasar hitam, cokelat, dan merah. Desainer Setyowati turut menghadirkan batik dengan warna yang sangat dinamis. Dia, kata Iwan Tirta, merupakan pengguna warna dalam batik. Mengadopsi batik pesisir khas Pekalongan dan Cirebon, Setyowati mengangkat motif bunga, daun, ayam, dan juga burung dalam paduan warna ungu, merah, dan hijau pada warna dasar kain.

Sedangkan Ibu Sud menyuguhkan koleksinya yang terinspirasi dari batik garut yang terkenal dengan batik terang bulan. Koleksinya pun kental dengan motif batik di ujung bawah kain sebagai garis pembatas dengan motif utama kain. Paduan warna oranye, merah, serta cokelat hadir dengan motif burung ciberik dan juga motif beras tumpah --motif khas batik garut.

Sementara karakter khas batik solo hadir dalam karya Hardjonegoro. Motif sawunggaling dan parang tungkul variasi daun menjadi motif pilihan Hardjonegoro. Tak ragu-ragu, Hardjonegoro menggunakan warna pink sebagai warna isian dalam pola-pola pilihannya. ''Batik karya Hardjonegoro ini sangat rumit karena jutaan titik diaplikasikan untuk menghasilkan satu helai batik rancangannya,'' ujar Iwan. Untuk warna dasar kain, Hardjonegoro tetap menggunakan latar cokelat khas Solo selain beberapa juga menggunakan latar berwarna hitam dan merah. Di antara segala keberagaman batik itu, satu atmosfer serupa yang serta merta menyeruak. Atmosfer kemewahan khas alam Indonesia. fia

Tidak ada komentar: