Batik Menantang Zaman

Batik harus ikut arus perkembangan agar tidak ditinggalkan.

Galeri Nasional, Jakarta, tampak lain dari biasanya. Selama 10 hari, 9-18 Desember ini, ruang pamer utama galeri itu tak ubahnya tempat jemuran kain. Lembaran kain batik membentang dari atas ke bawah, menampilkan corak warna-warni, dengan motif tak melulu parang rusak, sidomukti, ceplok, dan truntum, seperti biasa dijumpai pada batik klasik.

Batik-batik yang memenuhi ruang pamer galeri di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, itu juga menampung gambar buldoser, truk sampah, dinamit, serta adegan ciuman. Inilah batik karya KRT Daud Wiryo Hadinagoro, perajin batik dari Yogyakarta.

Di tangan Daud, batik seperti sebuah lukisan. Berbeda dengan batik klasik yang mengulang sebuah bentuk atau hiasan secara monoton, Daud memilih cerita sebagai tema motifnya. Orang menyebut karya Daud sebagai batik tematis.

Menurut kurator Inda Noerhadi, batik sebagai proses dan motif sudah menjadi bagian dari sejarah, yang punya rujukan, pakem, material, dan visualisasi khas. Pada karya Daud, terjadi perubahan, baik dalam motif maupun proses. Menariknya, kata Inda, perubahan itu tak mengubah struktur estetis batik atau meninggalkan pakem batik. "Batik tetap mempunyai kaidah proses dan artistik. Di antara proses dan bentuk artistik itulah Daud memberikan kebaruan," kata Inda.

Kebaruan pada batik sebenarnya dilakukan oleh banyak orang. Kebaruan bahkan menjadi bagian dari sejarah batik. Itu sebabnya, muncul bermacam-macam batik, dari batik wong cilik, batik keraton, batik Belanda, batik saudagaran, sampai batik hokokai. Masing-masing ragam menyimpan kekhasan sesuai dengan persinggungan zaman.

Awalnya, batik merupakan pekerjaan sambilan perempuan keluarga petani kampung. Karena menjadi pekerjaan sambilan, kualitas ragam dan bahan kain pun cenderung seadanya. Corak dan mutu kain batik mulai beragam ketika petani bersinggungan dengan pedagang.

Seiring dengan perkembangan zaman, tidak hanya pedagang yang mempengaruhi batik, tapi juga politik. Ketika Belanda dan Jepang datang ke Nusantara, kebiasaan dan budaya para penjajah ini juga mempengaruhi motif dan mutu batik. Sementara itu, lingkungan keraton Jawa mengenal batik untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa.

Di masa sekarang, batik juga menjadi lahan kreasi. Berbeda dengan Daud, yang memihak batik bukan untuk fashion, beberapa perancang busana memilih mengembangkan batik menjadi bagian dari hiasan tubuh.

Iwan Tirta adalah satu dari beberapa orang yang setia pada batik. Perancang busana yang memiliki koleksi batik klasik cukup lengkap ini punya peran mengembangkan batik. Dia memilih mengembangkan batik klasik sebagai dasar batik gayanya sendiri. Josephine Komara dan Carmanita juga berperan membangkitkan gairah batik.

Menurut Josephine Komara, batik harus ikut arus perkembangan agar tidak ditinggalkan. "Jadi fashionable adalah kata kuncinya," kata Josephine, yang biasa dipanggil Obin. Jika ikut zaman, kata Obin, batik tidak akan ketinggalan zaman. Batik sudah bisa diterima oleh kalangan orang muda. "Jadi batik tidak akan mati," kata Obin.

Namun, Afif Syakur, perancang busana dari Yogyakarta, punya pendapat berbeda. Menurut dia, penikmat batik masih kalangan tua. "Batik belum mengena orang muda," katanya. Karena itu, perancang busana harus mengadaptasi batik pada karyanya.

Afif mengatakan, baju muslim punya peluang mengadopsi batik. Baju muslim yang dimaksud Afif adalah baju panjang dengan lengan panjang. Menurut dia, sekitar 75 persen perempuan menyimpan baju muslim. "Biarpun mereka bukan seorang muslim," katanya.

Bagi Afif, semua bentuk aplikasi batik memiliki pasar sendiri, dari model daster murahan hingga batik cita rasa seni tinggi.

Hanya, kampanye batik massal seperti ini tetap menuai suara sumbang. Apalagi ada kecenderungan baju menggunakan motif batik gampang ditemukan di pasar. "Itu batik rasa rendah," kata Daud Wiryo.

Menurut Daud, masyarakat salah memahami batik. "Masyarakat menganggap batik sebagai suvenir, seperti pekerjaan anak sekolah," katanya. Padahal, menurut dia, batik juga bagian dari karya seni yang bisa dikoleksi. Namun, Daud menganggap dunia fashion punya jasa dalam mengenalkan batik.

Tidak ada komentar: