Elok Nian Batik Malaysia

Meniadakan unsur pakem batik, berani bermain warna dan corak, serta desain abstrak.

Pesona dan energi batik ternyata tidak mengenal tempat di mana pun ia berhulu. Kreasi batik selalu muncul tanpa henti mengalir seperti air. Perkembangannya begitu pesat dan sangat variatif. Kita tidak hanya mengenal batik dalam koridor atau pakem tertentu, seperti motif batik yang dikenal di Yogyakarta, Solo, Garut, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Jambi, dan batik Lasem. Kini perkembangan batik pun mulai merambah ke Malaysia.

Di negeri jiran, budaya batik sudah diperkenalkan sejak dini melalui sekolah-sekolah. Teknik pembuatan dan seni batik menjadi salah satu pelajaran menarik ditekuni seluruh siswa di sana. Di Malaysia, batik mulai populer sejak 1970-an. Saat itu, kalangan kelas atas dan penggemarnya menempatkan batik sebagai bagian dari mode. Seperti yang dilakukan Noor Fatimah Ishak, salah satu perancang Malaysia yang menyelenggarakan peragaan busananya di Gran Hyatt, Jakarta, pekan lalu.

Dengan tema Deanoor malam amal batik D'reka dan promosi melancong ke Malaysia, Noor menyuguhkan pesona keindahan batik ciptaannya dengan peragaan 30 busana wanita dan 10 busana pria. Noor tak mau dijuluki jago kandang, karena itu ia datang ke Indonesia dengan tekad kuat.

"Saya datang ke Indonesia bertekad menampilkan peragaan batik yang saya miliki. Saya menaruh hormat pada negeri ini sebagai sesepuh batik. Saya mencoba meraih peluang pasar," kata Noor.

Uniknya, batiknya tidak dibikin dengan menggunakan canting layaknya batik Indonesia, tapi lewat teknik kanvas dan lukisan.

Noor mengaku sudah jatuh cinta pada batik sejak remaja. Ia juga pernah dinobatkan sebagai Miss Batik di Kuala Lumpur pada akhir 1970-an.

"Saat itu, saya banyak membeli dan mengoleksi batik Iwan Tirta. Saya belajar secara otodidak dari batik karya perancang Tanah Air yang terkenal eksklusif dan elegan itu," dia melanjutkan.

Sekitar 1986, Noor mulai tertantang untuk berkreasi batik buatan sendiri. Ia mereka-reka batik sesuai dengan visi dan imajinasinya. Ia mencoba berbagai warna dan corak serta perlahan menempatkan semua karyanya sebagai bagian dari pakaian nasional di negaranya. Hasil batik rekaan Noor lalu diperkenalkan di kalangan dekat, termasuk orang-orang penting di Malaysia. Hasilnya mendapat sambutan positif sehingga ia sukses memperkenalkan batiknya sampai ke Brunei Darussalam, Australia, dan beberapa negara Eropa lainnya.

Pada awal 2004, Kerajaan Malaysia mencanangkan kampanye "Malaysia Batik Crafted for the World". Program ini melecut pengusaha batik di Malaysia supaya gencar berkreasi. Dengan dukungan pemerintah, batik akhirnya bisa melaju hingga ke pusat mode dunia, seperti Milan, Paris, dan London.

Keelokan batiknya diperagakan lewat gaun-gaun malam, busana tradisional baju kurung, dan busana muslim bermotif batik. Ia membuat seluruh karyanya pada bahan sutra yang memudahkan menuangkan kreasi batik berbentuk bunga, daun, dan hewan. Ia merancang lewat lukisan batik pada segala sesuatu yang berbentuk abstrak, tidak mengikuti pakem batik layaknya Yogyakarta dan Solo. Motif abstrak yang menjadi ciri khas Noor konon sangat digemari di Eropa. Ia juga berani bermain warna-warna cerah.

Seluruh gaun malam, baju kurung, dan busana muslim penuh dengan keelokan batiknya yang cerah ceria, begitu abstrak, dan modis. Noor mengusung keberanian dalam pembuatan desain polkadot atau bentuk bulatan yang kini digandrungi kaum muda.

"Kekuatan batik Noor dari Malaysia karena dia punya keberanian menangkap selera pasar, khususnya Eropa. Batik Indonesia masih angkuh, berkeras hati mempertahankan pakem," ungkap Dewi Motik Pramono, yang mengaku terkagum-kagum menyaksikan keelokan pesona batik Noor.

Tidak ada komentar: