Ratusan Motif Batik Diusahakan Miliki Hak Cipta

TEMPO Interaktif, Solo:Sedikitnya 215 motif batik tradisional asli Solo akan segera didaftarkan pemerintah setempat guna mendapatkan perlindungan hak cipta. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal (Disperindag & PM) Kota Solo hanya berhasil mengumpulkan ratusan motif batik dari keraton, pengrajin maupun dari masyarakat. Diperkirakan masih ada ribuan motif tradisional yang belum terlacak dan merupakan karya asli anak bangsa Indonesia.

Demikian dikatakan Kepala Disperindag & PM Kota Solo, Zainal Mustafa kepada wartawan, Jum'at (16/7). Menurut dia, langkah tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan atas hak cipta motif batik asli Solo, agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. "Kalau kita tidak bergerak cepat, bisa-bisa hak cipta motif batik kita sudah keduluan diakui oleh luar negeri dan kita hanya bisa menonton saja, tanpa bisa memproduksi secara bebas," kata Zainal.

Perlindungan terhadap hak cipta motif batik tradisional tersebut dirasakan sangat perlu seiring dengan makin terbukanya pasar bebas yang tidak menutup kemungkin adanya pihak yang akan mengklaim motif batik asli Solo sebagai karya mereka.

"Pengumpulan terus dilakukan dan segera akan didaftarkan agar para pengrajin di Solo bisa tenang memproduksi motif batik. Kalau ada pihak luar yang ingin menggunakan motif batik tersebut harus memberikan royalti tentunya," papar Zainal.

Dalam kunjungannya ke Pura Mangkunegaran, beberapa waktu lalu, desainer Iwan Tirta mengatakan motif batik yang ada di Indonesia sebenarnya mencapai 4.000 lebih. Namun dari ribuan motif tersebut, yang terdaftar dan hak ciptanya dilindungi hanya sekitar 900 motif saja.

Oleh karena itu pengumpulan dokumentasi atas motif-motif batik asli Solo dikatakan merupakan suatu keharusan agar jika nantinya ada daerah ataupun negara lain yang mengklaim sebagai, Solo juga yang akan rugi. Apalagi saat ini para ahli desain batik atau ahli pola dan gambar motif batik tradisi di Solo sudah mulai hilang

Kota Solo sendiri saat ini tengah menyiapkan sebuah perkampungan batik yang diharapkan selain sebagai tempat daerah wisata juga menjadi tempat untuk mengembangkan batik tradisional.

Pemerintah Kota Solo memilih Kampung Laweyan, yang sejak dahulu merupakan perkampungan batik dengan arsitektur kampung sesuai aslinya.

Dalam waktu dekat ini, sebuah pameran batik bertaraf internasional, Solo International Batik Exhibition (SIBEx) juga akan dilangsungkan sekaligus menandai pembukaan Kampung Batik.

Data di (Disperindag & PM) menyebutkan Solo memiliki sedikitnya 257 perajin batik dengan produksi setiap tahunnya mencapai 100.000 kodi. Industri batik itu tersebar di seluruh Solo namun yang terbanyak terdapat di Laweyan.

Tidak ada komentar: