Iwan Tirta: Prihatin Batik Khas Jatim

Desainer terkemuka yang juga pelestari batik, Iwan Tirta mengaku prihatin karena banyak sekali kekayaan seni batik khas Jatim di berbagai daerah sekarang sudah punah.

"Sebelum perang kemerdekaan, batik-batik produksi Jatim itu bagus-bagus, tapi sekarang sudah hilang semua," katanya pada seminar tentang batik di Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), Surabaya, Rabu.

Ia memberi contoh batik Madura yang ada di Tanjung Bumi, Bangkalan dan batik Sumenep yang dulu terkenal karena ada kratonnya, tapi sekarang sudah tidak ada lagi.

"Di Sidoarjo dulu ada batik yang bagus dengan warna merah menyala, tapi sekarang juga sudah menghilang. Saya heran, Jatim kok bisa kalah dengan Jateng? Untungnya saya melihat masih ada batik bagus di Tuban," katanya.

Menurut dia, Jatim sangat terkenal di berbagai lapangan kebudayaan, termasuk dalam hal seni batik. Namun saat ini sudah berubah karena orientasinya sudah banyak beralih hanya untuk mengumpulkan uang.

"Idealismenya sudah tidak ada lagi, karena yang dikejar hanya uang. Maka dibuatlah batik-batik cap atau printing. Selain itu di Jatim ini ada kain songket produksi Gresik yang lebih bagus dari buatan Palembang dan digunakan di Kraton Solo, tapi sekarang tidak ada lagi," katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mengritik berbagai tempat di Jatim yang kehilangan jati dirinya, seperti bandara Juanda yang dianggapnya seperti Singapura atau berbagai rumah pejabat yang tidak menggunakan asesoris budayanya.

"Ini terjadi karena pejabat kita tidak memiliki orientasi kebudayaan. Orang Indonesia lupa bahwa lewat kebudayaan kita ini bisa bersatu, bukan sebaliknya. Kalau soal bandara yang saya lihat hanya Balikpapan yang bagus karena menampilkan kebudayaan Dayak," katanya.

Karena itu ia mengajak semua masyarakat Jatim untuk bangkit dengan kembali ke jati dirinya. Ia menegaskan, untuk bangkit tidak perlu menunggu pemerintah, karena masyarakat sendiri sudah bisa bergerak maju.

Seminar sebagai bagian dari pementasan opera klasik Jawa bertema "Tanding Gendhing" yang dimotori Iwan Tirta itu diikuti puluhan desainer Surabaya serta beberapa mahasiswa dan siswa jurusan tata busana.

Sumber: Antara
Penulis: eh

Tidak ada komentar: