Faiqah Esmail dan Batik Tulis Madura

Batik tulis madura sudah dikenal Faiqah Esmail (60) sejak kecil, karena ini merupakan usaha keluarga yang dirintis oleh neneknya. Lingkungan sehari-hari yang tak lepas dari batik, membuatnya terus-menerus berkeinginan mengembangkan batik tulis madura.

Meskipun dia sadari batik tak hanya ada di Madura, tetapi kedekatannya dengan Madura membuat Faiqah tak gentar bersaing dengan batik-batik tulis dari berbagai daerah lain. Bahkan menurutnya, batik justru menarik karena setiap daerah mempunyai ciri khas corak tersendiri.

"Di Pulau Madura ini ada empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, dan masing-masing juga punya corak batik," kata Faiqah, ibu delapan anak yang memberi nama batik tulis produknya Fiesta Madura ini.

Usaha batik tulis madura buatan Faiqah berawal pada peringatan Hari Ibu di Istana Negara, Jakarta, tahun 1995. Ketika itu panitia acara tersebut memesan sebanyak 400 lembar kain batik tulis, termasuk untuk dikenakan mantan Presiden Soeharto. Dari pemesanan itu, Faiqah bisa meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.

Bahkan, tak hanya keuntungan materi yang diperolehnya saat itu, tetapi juga mengalirnya pesanan yang datang terus-menerus hingga saat ini. Pesanan batik tulis madura untuk peringatan Hari Ibu itu seperti "promosi" yang ampuh bagi produknya.

Untuk memuaskan para pelanggan yang terus berdatangan, Faiqah harus memperbanyak variasi motif batiknya. Selain motif tradisional, dia juga membuat motif-motif baru. Perempuan yang juga senang membuat masakan madura ini tak ingat lagi berapa banyak motif batik tulis yang telah dibuatnya.

"Sudah ribuan motif batik yang pernah saya buat. Setiap hari minimal 10 corak batik saya buat, dan semua corak batik itu saya buat sebaik mungkin, biar eksklusif," ucap Faiqah yang kini juga tengah menyusun buku berjudul Batik Madura Dalam Perjalanan Sejarah.

Pembicaraan lalu beralih pada keinginannya untuk segera mewujudkan buku berisikan sejarah perbatikan di Pulau Madura. Faiqah ingin batik madura bisa terkenal seperti batik pekalongan, batik solo, dan sebagainya. Dia juga berharap, setelah mengenal batik madura, setidaknya lewat buku yang tengah dibuatnya itu, akan semakin banyak orang yang tertarik pada batik madura.

"Di Madura juga banyak sentra industri kerajinan batik. Perajin batiknya tidak hanya orang-orang tua, tetapi juga para remaja putri. Kalau batik madura semakin dikenal orang, kan, industri kerajinan batik madura juga bisa berkembang," ujar Faiqah.

Tidak dibuat massal

Keunggulan batik madura, menurut Faiqah, antara lain karena mempertahankan batik tulis. Masih amat jarang perajin batik madura yang memproduksi batik secara massal, meski itu untuk memenuhi pesanan dalam jumlah banyak sekalipun.

"Berapa pun jumlah pesanan, semua batik dikerjakan secara manual sehingga tetap batik tulis. Jadi, meski corak batiknya sama, tetapi dalam penggarapan pasti ada perbedaan, sesuai dengan pengerjaan masing-masing perajin," katanya.

Semakin banyak batik tulis yang harus dibuat berarti semakin banyak pula pembatik yang harus mengerjakannya. Untuk memenuhi kebutuhan itulah, Faiqah berusaha merangkul remaja keturunan pembatik di salah satu desa di Pamekasan.

Kalau memerhatikan motif batik tulis buatan Faiqah, umumnya dia tetap menyertakan motif klasik madura, seperti berbagai binatang terutama burung. Desain yang dibuatnya memang modern kontemporer, tetapi Faiqah tetap memberi aksen klasik tradisional untuk setiap batik tulis buatannya.

Selain karena dia ingin memadukan desain modern kontemporer dengan motif klasik sebagai sentuhannya, menurut Faiqah, hal ini juga merupakan salah satu upayanya untuk menghindari desain itu dicontek perajin batik lain.

"Dengan kemajuan teknologi, mencontek motif batik tulis itu sekarang ini semakin mudah," ujar Faiqah yang juga sibuk dengan usaha nasi bungkus khas Madura atau nasek punthuknya.

Faiqah juga menyediakan penginapan di kompleks rumahnya di Pamekasan untuk tempat tinggal ke-43 pembatiknya. Langkah ini dilakukannya sebagai upaya membuat batik tulis buatannya bisa benar-benar eksklusif.

"Banyak konsumen yang senang dengan batik tulis yang eksklusif. Saya biasanya hanya membuat setiap corak untuk satu lembar kain batik," ucapnya tentang alasannya "mengamankan" para pembatik di rumah sekaligus tempat usahanya di Pamekasan.

Pengalaman pahit

Keputusannya menyediakan tempat tinggal bagi para pembatik, antara lain, didasari pada pengalaman pahit yang pernah dialami Faiqah. Sebelumnya, sering kali corak baru yang sedang digarap pembatiknya justru sudah beredar di pasaran.

Ironisnya, batik dengan corak baru tersebut merupakan batik cetak atau batik cap. Jadi, begitu batik tulis produknya siap dipasarkan, konsumen sudah tidak tertarik lagi, sebab, mereka menganggap corak tersebut sudah menjadi produk massal, tidak eksklusif.

Selain membuat batik tulis biasa, Faiqah juga melakukan daur ulang pada batik yang sudah lama dipajang, tetapi belum terjual. Biasanya, batik yang sudah jadi itu kembali dibuat mulai dari proses awal hingga menghasilkan selembar kain batik bercorak baru. Kain batik yang mengalami proses ulang ini harganya bisa mencapai Rp 6 juta per helai.

Sementara harga kain batik lain buatan Faiqah amat bervariasi, mulai dari Rp 75.000 sampai sekitar Rp 6 juta per helai, tergantung kualitas kain, proses pembuatan, corak, dan pewarnaannya.

Dari usaha batik tulis madura itu pula, Faiqah bisa mendapatkan dana untuk Yayasan Tunas Harapan di Pamekasan yang didirikan tahun 1984. Wadah yang membiayai sekolah anak yatim piatu itu mendapat dana dari penjualan setiap lembar kain batik produknya.

Meskipun relatif pesanan terus berdatangan, namun Faiqah merasa bahwa batik madura seharusnya bisa lebih populer lagi. Oleh karena itulah, dia tetap rajin mengikutkan batik tulis madura di berbagai pameran di dalam maupun luar negeri.

"Sebagus apa pun produk yang dihasilkan, kalau tidak dipromosikan, orang tidak tahu. Jadi, saya harus tetap rajin ikut pameran," ujar Faiqah yang selalu berada di tempat pameran untuk menjawab apa pun keingintahuan pengunjung tentang batik madura. (AGNES SWETTA PANDIA)

Tidak ada komentar: