BATIK BANYUMAS

Salah satu kekayaan budaya Banyumas adalah Batik Banyumas. Batik Banyumas memiliki sejarah yang tidak terlepas dari budaya asli Banyumas maupun pengaruh budaya lain seperti Jogjakarta dan Surakarta, maupun Pekalongan. Sejarah asal mula batik Banyumas memang belum dapat dilacak permulaannya, namun dari informasi para sesepuh dan penggiat batik Banyumas, disebutkan batik Banyumas berasal dari adanya Kademangan-kademangan di daerah Banyumas dan juga adanya pengikut Pangeran Diponegoro yang mengungsi di daerah Banyumas.

Batik Banyumas identik dengan motif Jonasan, yaitu kelompok motif non geometrik yangdidominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna hitam karena wedel. Motif-motif yang berkembang sekarang ini antara lain: Sekarsurya, Sidoluhung, Lumbon (Lumbu), Jahe Puger, Cempaka Mulya, Kawung Jenggot, Madu Bronto, Satria Busana, Pring Sedapur. Tentu saja, para penggiat batik Banyumas juga menghasilkan motif-motif lain dengan melakukan kombinasi, terobosan motif baru sehingga tercipta satu karakter seni lukis yang indah.

Bahan batik Banyumas antara lain: mori sen, dobi, sutera, paris.
Batik Banyumas dibedakan dari cara pembuatannya ada dua yaitu batik cap dan batik tulis. Batik cap bisa diselesaikan dalam waktu 3 hari sementara batik tulis bisa 3 sampai 6 bulan, sehingga harganyapun jauh berbeda, batik cap berkisar puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah, sedangkan batik tulis dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah.

Langkah-langkah Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam mendukung kelestarian batik Banyumas dengan cara menerapkan pemakaian seragam batik Banyumas bagi seluruh pegawai Pemkab Banyumas pada hari tertentu (Sabtu).

Data dari buku Produk Industri Andalan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Tahun 2006, menyebutkan potensi pembatikan di Kabupaten Banyumas: 624 unit usaha, dengan tenaga kerja 985 orang, nilai investasi Rp 936.000.000,-, kapasitas produksi pertahun 59.904, dengan lokasi sentra industri batik Banyumas terbanyak di Kecamatan Banyumas (Desa Pekunden, Pasinggangan, Sudagaran, Papringan) dan Kecamatan Sokaraja (Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon, Karang Duren).

Pemasaran Batik Banyumas selain untuk mencukupi pasar di lingkup eks Karesidenan Banyumas (antara lain untuk seragam dinas PNS dan BUMN) juga menjangkau luar daerah misal Jakarta, Semarang, bahkan Nusa Tenggara Barat. Selain kontak dagang yang sudah terjalin, untuk lebih memperkenalkan Batik Banyumas ini, maka para penggiat Batik Banyumas sering melakukan pameran dagang dan pameran budaya di berbagai daerah.

Para pengusaha Batik Banyumas mempunyai semacam wadah bernama Perhimpunan Batik Indonesia (Perbain) yang berkantor di Sokaraja. Perbain berfungsi juga sebagai Koperasi yang bisa menyediakan bahan baku (seperti mori, sutera, zat pewarna, dll) jika pengusaha kesulitan mendapatkannya. Selama ini bahan baku biasanya diperoleh di Pekalongan.

Informasi kami dapatkan dari buku Produk Industri Andalan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Tahun 2006 terbitan Agustus 2006 dan dengan metode wawancara langsung dengan salah satu pengusaha batik Banyumas, Ibu Sundari Sugito dari Perusahaan Batik "R" yang dikelola oleh Keluarga Bapak Sugito/Heru Santoso dan beralamat di Jl. Kebutuh RT 2/4, Sokaraja Kulon, Sokaraja telp (0281) 694691, Kab. Banyumas dan pengusaha Slamet Hadipriyanto pemilik Batik "Hadipriyanto" di Jl. Mruyung No 46 Kec. Banyumas, Kab.Banyumas telp (0281) 796046 dan sumber lain.

Proses pembuatan Batik Banyumas dengan metode batik cap adalah:

1. Bahan (misal mori) dicap sesuai motif cap yang dikehendaki dengan cara mencelupkan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.
2. Kemudian diwarnai dengan cara dicelupkan ke dalam pewarna.
3. Lalu dijemur dan dikeringkan.
4. Setelah itu dilakukan cap tahap kedua.
5. Pewarnaan tahap kedua.
6. Setelah itu dilakukan nglorod yaitu membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dengan cara dimasak dalam air mendidih dengan ditambah air tapioca encer atau TRO agar lilin tidak melekat kembali ke kain cap tahap kedua.
7. Terakhir adalah dicuci/dibersihkan dan dijemur, ketika kering siap dikemas dan dijual.

Proses pembuatan Batik Banyumas dengan metode batik tulis adalah:

1. Bahan (misal mori) dilukis pola dan motif yang dikehendaki dengan pensil.
2. Kemudian melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut pada kedua sisi (bolak-balik).
3. Kemudian diisi/dilukis lagi dengan motif tambahan (cecek = titik-titik, dari kata inilah batik berasal).
4. Lalu diwarnai (di-wedel) dengan warna hitam, caranya dengan dicelup dalam zat warna.
5. Kemudian dijemur dan dikeringkan.
6. Setelah itu menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku (di-lorod).
7. Dijemur dan dikeringkan.
8. Dilakukan proses mbironi yaitu kain setelah dikerok pada bagian-bagian yang diinginkan tetap berwarna biru dan putih (cecek/titik-titik), perlu ditutup dengan lilin menggunakan canthing tulis/biron. Hal ini dimaksudkan agar bagian tersebut tidak kemasukan soga apabila disoga tahap kedua.
9. Lalu proses nyoga yaitu kain yang telah dibironi lalu diberi warna coklat (disoga) dengan ekstrak pewarna yang terbuat dari kulit kayu, soga, tingi, tegeran, dan lain lain (zat warna alam). Kain tersebut dicelup dalam bak pewarna hingga basah seluruhnya kemudian ditiris hingga kering. Proses ini diulang–ulang hingga sampai mendapatkan warna coklat yang diinginkan. Untuk warna tua sekali proses ini dapat memakan waktu 2 minggu. Jika menggunakan pewarna kimia (zat warna sintetis) proses ini dapat selesai dalam waktu satu hari.
10. Menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. Proses ini dapat dilakukan berulangkali sesuai banyaknya warna dan kompleksitas batik.
11. Terakhir adalah dicuci/dibersihkan dan dijemur, ketika kering siap dikemas dan dijual

Tidak ada komentar: