Batik Pekalongan Pecahkan Rekor Guinness

TEMPO Interaktif, Semarang:Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan, Pekalongan, Jawa Tengah, telah memecahkan rekor dunia untuk kategori batik terbesar. Rekor tersebut pecah setelah Paguyuban mampu membatik kain sepanjang 1200 meter persegi (setara 12.916 kaki), dengan mengerahkan seribu pembatik tulis, sekaligus menyelesaikan pewarnaannya dalam waktu satu hari.

Lembaga pencatat rekor Guinness World Records Ltd telah mengirim sertifikat pemecahan rekor untuk acara yang digelar pada 16 september 2005 lalu dengan tajuk “Batik On The Road”. Acara ini merupakan salah satu dari rangkaian Festival Batik Pekalongan 2005 yang mengusung tema,”Dari Pekalongan Membatik Dunia.”

“Kami bersyukur dan bangga atas prestasi ini,” ketua panitia Festival, Romi Oktabirawa, melalui siaran pers yang diterima Tempo, Kamis (22/3). Ia berharap dunia akan mengingat Pekalongan karena batiknya. Dan bila merela membicarakan batik, tentu tak bisa lupa pada Pekalongan.

Rekor dunia sebelumnya dibukukan oleh Sarkasi Said dari Singapura pada tahun 2003, yang membatik di atas kain 100 meter batik selama 91 jam lebih 2 menit.

Romi bercerita, awalnya panitia Festival Batik Pekalongan 2005 mengirim surat elektronik ke bagian verifikasi Guinness World Records Ltd. yang berpusat di London. Setelah mengantongi nomor identifikasi klaim 137068 dan nomop keanggotaan 125649, panitia yang terdiri dari Romi Oktabirawa (ketua), M.Ani Sofyan (video kamerawan) dan Arief Wicaksono (still photo), didukung kesaksian Nusyirwan Tirtaamidjaja (Iwan Tirta, batik artisan), Roy Suryo Noto Diprojo (ahli multimedia) dan Larasati Suliantoro Sulaiman (dosen filsafat estetika Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), menandatangani kesepakatan dengan pihak Guinness.

"Kami juga melengkapinya dengan dokumen audio visual, fotografi, kliping liputan dari media cetak dan elektronik utama di Indonesia," kata Romi. Setelah ditunggu-tunggu Guinness menyatakan mereka berhasil. "Ini menjadi langkah untuk memasarkan batik Pekalongan ke pasar dunia," kata Romi.

Romi mengatakan, selama ini batik dari Indonesia sudah mulai terpuruk dan kalah saing dengan negara lain, seperti Malaysia. "Karena Malaysia sudah mamatenkan batik itu," kata Romi kecewa.

Mohamad Ali Djuffry, kepala program “Batik On the Road”, menganggap pengesahan ini bukan saja milik dan menjadi kebanggaan panitia. "Tapi juga merupakan kebanggaan seluruh masyarakat Pekalongan," katanya. Rofiuddin

Tidak ada komentar: